Pembangunan pondasi tower transmisi harus
direncanakan dengan kriteria sebagai berikut in
- Semua pondasi tower harus didesain terhadap gaya uplift, compression dan horizontal berdasarka factor keamanan yang disyaratkan.
- Semua pondasi harus didesain berdasarkan parameter dari laporan soil investigasi.
- Pelaksana dalam men-disain pondasi harus dapat menghindari daerah rawan longsor, sehingga posisi pondasi benar-benar stabil dan terhindar dari daerah rawan longsor.
- Khusus untuk pondasi yang mengalami gaya uplift akibat tower yang mengalami uplift, maka pondasi harus diperhitungkan stabilitas terhadap uplift tersebut . Pada pondasi dangkal, Gaya uplift harus diperhitungkan terhadap berat tanah, berat beton bertulang. Pada pondasi dalam , Gaya uplift harus diperhitungkan terhadap berat tanah, berat beton bertulang dan gaya friksi dari pile.
- factor keamanan minimum dalam perhitungan terhadap : Guling (=1.50); Geser (=1.50);Up lift (= 2.00 ); Daya dukung =(3.00)
- Untuk pondasi dalam (bor pile/tiang pancang) : Perlawanan ujung (= 3), Perlawanan lekat ( =5)
- Untuk perhitungan struktur beton bertulang factor disain struktur dipakai : 1.20
- Dalam melakukan desain pondasi, Designer harus meninjau terhadap beban konduktor yang digunakan.
- Mutu baja yang digunakan sebagai berikut : Ø < 13 mm dipakai baja polos BJTD – 24;Ø > 13 mm dipakai baja ulir BJTP – 35.
- Mutu beton yang digunakan sebagai berikut : K 225 ( digunakan untuk pondasi pad and chimney, pile caps dan bor pile) , K 500 ( digunakan untuk pile dengan system prestress)
- Jenis kayu yang digunakan untuk tiang pancang adalah kayu galam.
- Jika digunakan pondasi dalam dari beton dapat digunakan bore pile atau tiang pancang.
- Penggunaan mesin pancang sesuai dengan jenis tiang pancang yang akan digunakan.
- Dalam mendisain pondasi harus diperhitungkan adanya gaya kompresi, up lift dan gaya horizontal ( lateral ) dan gaya gempa sesuai zona gempa.
No comments:
Post a Comment