Dalam mendirikan bangunan- bangunan gedung, jalan-jalan
dan landasan pesawat terbang di Indonesia
(juga diluar negeri) sering kali dijumpai keadaan- keadaan tanah yang
menyulitkan, antara lain keadaan tanah yang terlalu lembek, sehingga tanpa
cara-c ara yang khusus kita tidak dapat membangun diatasnya. Cara-cara yang
khusus ini biasanya mahal biayanya dan/atau memakan waktu yang tidak sedikit,
misalnya mengadakan perbaikan tanah, membuat pondasi sumuran, pondasi caisson,
pondasi tiang pancang dsb.
Maka untuk mengatasi persoalan ini, Prof.Dr. Ir.
Sedijatmo telah menemukan suatu cara yang relatif tidak mahal dan tidak memakan
waktu, pembuatannyapun tidak sulit, dan tidak memerlukan alat- alat yang khusus
dan tinggi harganya. Cara baru ini dinamakan oleh penemunya "Pondasi Cakar
Ayam" dan terdiri dari pelat beton bertulang yang tebalnya 10 s/d 12 cm
dan dibagian bawahnya diberi pipa- pipa beton bertulang pula yang menempel
kuat-kuat pada pelat beton tersebut. Atas jasanya ini, Prof Dr. Sedijatmo
menerima penghargaan ilmiah dari Senat Guru Besar ITB
Diameter pipa biasanya diambil 1,20 @ 1.50 meter dan
panjangnya antara 1.50 @ 3.00 meter, sedangkan tebalnya pipa biasa diambil 8
cm."Pipa-pipa beton tsb, dimasukkan kadalam tanah yang (biasanya) lembek
dan pelat betonnya berada disebelah atasnya. Pelat beton itu akan mengapung
diatas tanah lembek dan pipa-pipa beton yang masuk dalam tanah itu menjaga agar
pelat diatasnya tetap datar dan kaku. Pelat ini meskipun tipis namun ia bisa
mencapai kekakuan (stiffness) yang besar karena pipa beton yang ada di
bawahnya, dan pipa-pipa beton ini mengambil kekuatannya dari sifat-sifat tanah
yang dikenal sebagai “passieve gronddruk” suatu sifat yang pada system pondasi
lain tak pernah dimanfaatkan. Dengan demikian, maka jumlah materiaal yang
digunakan dapat direduksi sebesar-besarnya.
Pada dasarnya systeem Cakar Ayam ini dapat digunakan
untuk segala macam keadaan tanah, dari yang terlembek sampai kepada yang
terkeras. Hanya dari sudut biaya maka penggunaannya akan sangat ekonomis
dibanding dengan systeem lain apabila daya tahan tanah yang diizinkan (toe te
laten draagvermogen) terletak antara 0,15 kg/ cm2 sampai 0,35 kg/cm2 atau 1,5
ton/m2 sampai 3,5 ton/m2.Untuk keadaan tanah semacani ini pemakaian beton
keseluruhannya (pelat dan pipa-pipa) akan sebesar 0,25 s/d 0,30 m3/m2 pelat
dengan tulangan tidak lebih dari 90 kg/m3 beton. Cara memasangnyapun sangat
sederhana dan dapat dilakukan oleh setiap pemborong yang pernah mengerjakan pekerjaan
beton bertulang.
Sebagaimana disebutkan diatas pipa-pipa yang ada dibawah
pelat merupakan alat- alat pengkaku pelat (Slab stiffeners)dan bukan merupakan
alat- alat penumpu pelat, (slab supporters) karena apabila ada settlement pada
pelat pipa-pipa juga akan turut turun. Jadi kalau dibanding dengan pelat dengan
balok- penguat maka balok penguat itulah. yang-dilakukan oleh pipa-pipa
tersebut. Bedanya ialah bahwa balok penguat tidak memanfaatkan tekanan tanah
pasif, sedangkan pipa Cakar Ayam justru mengexploitir adanya tekanan tanah pasif
tersebut. Dari pemikiran ini saja sudah dapat dipahami bahwa volume beton pada
pipa Cakar Ayam akan kurang (less) jika dibandingkan volume beton pada pipa
penguat yang berarti akan lebih ekonomis. Pelat akan tetap kaku berkat tekanan pasif yang ada dan
ukuran-ukuran dari masing bagian konstruksi dapat ditentukan dari rumus
tersebut. Sifat2 phisik tanah (physical properties) menentukan cara positif
ukuran-ukuran tersebut. Luas pelat ditetapkan dari perbandingan muatan dan daya
dukung tanah yang diizinkan, yang pada konstruksi jalan maupun runways sama
sekali tidak menimbulkan kesulitan.
Dibandingkan dengan perhitungan konstruksi pondasi untuk
bangunan gedung, maka perhitungan untuk keperluan runways maupun jalan-jalan
raya adalah jauh lebih mudah karena muatan yang diatasnya adalah kecil. Sebagai
contoh muatan pada runway yang mampu untuk menahan pesawat Jumbo Jet(Boeing
747) tidak akan melebihi 1 ton/m2 dan untuk jalan raya klas 1 tidak melebihi
0,5 ton/m2. Pula untuk kapasitas runway dikemudian hari juga tidak terlalu
sulit pelaksanaannya karena hanya dengan menambah tebalnya pelat beton sesuai
dengan kebutuhan peningkatan. Sebagai contoh untuk landasan lapangan terbang
Banjarmasin kita pergunakan pipa tengah sepanjang 1,80 m, pipa tepi 2,00 m, dan
tebal pelat 10 cm sedangkan untuk runway Cengkareng ( 2x3600 mx 60 m) cukup
kita pergunakan panjang pipa yang sama hanya tebal pelat yang menjadi 15 cm
tebal pelat-pelat tsb, sebaiknya ditambah dengan lapisan hot mixed asphalt
sebagai lapisan aus setebal 4 @ 5 cm .
Jikalau pada runway yang konvensionil hanya sebagian dari
runway yang dibawah roda yang mendukung muatan, maka pada systeem Cakar Ayam
secara teoritis seluruh runway ikut mendukungnya, tetapi dalam perhitungan
dimabil sebagian saja dari runway yang berdekatan dengan lokasi pesawat
terbang. Jadi pada Cakar Ayam ini luas bagian runway yang mendukung
menyesuaikan diri dengan muatan yang ada diatasnya, suatu sifat yang tidak ada
pada runway system konvensionil maupun jenis pondasi lainnya.
Terhadap benturan kapal terbang pada landasan,pada waktu
kapal terbang mendarat, tidak akan mempengaruhi konstruksi ini karena shock
tersebut sebagian besar telah "dimatikan” oleh pegas dan shock-absorber
landing gear maupun ban udara yang ada dibawahnya. Bila benturan terlalu besar
maka pesawat akan mengalami kerusakan lebih dahulu. Secara teoritis maka pelat
untuk runway ini tidak perlu memerlukan sambungan dillatatie sehingga tidak
menimbulkan benturan kecil pada roda yang terdapat pada runway beton bertulang
yang bersambungan.Untuk keperluan maintenance dillatatie ini bisa diadakan pada
jarak-jarak 100 m. Pengaruh dari pada perbedaan suhu telah diperhitungan
didalam penentuan tulangan pelat.
No comments:
Post a Comment